18.5.16

Puisi Ratap Masyarakat

Anak-anak Pelacur

bersama bulan yang berlendir
di ujung tabir
anak-anak pelacur berzikir
keciciran mereka belum berakhir

Anak-anak pelacur
menanti di rahang kubur
mengunyah sebutir bubur
rezekinya dari urat-urat
nasibnya dari nanah-nanah

Anak-anak pelacur
diajakinya malaikat berhiba
diajakinya alim-ulama berbicara
tentang perut-perut lapar
tentang hati kembara
tentang kaki-kaki yang pecah
di lumpur berkaca

dan anak-anak pelacur
seekor anjing menjilat bibirnya
seekor babi mencium keningnya
dalam, azan pagi merah-menyala

Berita Minggu
7 April 1974
Mohamed Latiff Mohamed



Aku biasanya tak berapa minat puisi. Akalku terlalu lurus untuk menyelami maksud tersirat; aku hanya menatap apa yang tersurat. Tapi bila aku terbaca puisi ini di lembaran Mukabuku sahabatku Tuan Suhaimi di Kota Singa, terus aku disapa niat untuk mengongsi rangkap-rangkap ini. 

Aku tak tau bagaimana nak menyatakan kenapa puisi ini menangkap perhatianku. Mungkin kerana kejujurannya tidak dilapik segan-silu yang memualkan.

2 ulasan:

Tokok-tambah