Anak-anak Pelacur
bersama bulan yang berlendir
di ujung tabir
anak-anak pelacur berzikir
keciciran mereka belum berakhir
Anak-anak pelacur
menanti di rahang kubur
mengunyah sebutir bubur
rezekinya dari urat-urat
nasibnya dari nanah-nanah
Anak-anak pelacur
diajakinya malaikat berhiba
diajakinya alim-ulama berbicara
tentang perut-perut lapar
tentang hati kembara
tentang kaki-kaki yang pecah
di lumpur berkaca
dan anak-anak pelacur
seekor anjing menjilat bibirnya
seekor babi mencium keningnya
dalam, azan pagi merah-menyala
Berita Minggu
7 April 1974
Mohamed Latiff Mohamed
Aku biasanya tak berapa minat puisi. Akalku terlalu lurus untuk
menyelami maksud tersirat; aku hanya menatap apa yang tersurat. Tapi
bila aku terbaca puisi ini di lembaran Mukabuku sahabatku Tuan Suhaimi
di Kota Singa, terus aku disapa niat untuk mengongsi rangkap-rangkap
ini.
Aku tak tau bagaimana nak menyatakan
kenapa puisi ini menangkap perhatianku. Mungkin kerana kejujurannya
tidak dilapik segan-silu yang memualkan.
Karya sastrawan negara, Singapura
BalasPadamKarya sastrawan negara, Singapura
BalasPadam